Kampanye menghadang pemanasan global yang dipimpin Al Gore telah banyak menuai hasil. Masyarakat di negara-negara maju mulai mengubah berbagai kebiasaan hidup mereka yang boros sampai pada hal-hal remeh seperti tidak mencetak slip ATM bila tidak benar-benar diperlukan.Â
Namun kampanye itu mungkin melintasi batas berhasil ketika kini ia memberikan momentum bagi biofuel (bahan bakar nabati). Sedikit banyak pertumbuhan industri biofuel yang begitu pesat menyumbang krisis pangan global hari ini.Sejak wacana pemanasan global mengurat akar dalam imaji masyarakat global, permintaan terhadap biofuelterbukti meningkat.Â
Menyambut gelombang permintaan ini,kegiatan industri di bidang ini kian intensif.Pada saat yang sama,muncul tren di antara para politisi untuk memasukkan biofueldalam kampanye dan cetak biru kebijakannya.Tak terhindarkan, biofuel telah menjadi komoditas ekonomi sekaligus komoditas politik. Meski tak langsung,Gore dan rekan-rekan seperjuangannya turut bertanggung jawab atas hal ini.Â
Gagap BudayaÂ
Wanginya kampanye Al-Gore pun terasa tajam di Indonesia–setidaknya di antara kalangan menengah ke atas masyarakat kita. Siapakah Al Gore?Â
Mereka akan mengenalnya sebagai aktivis lingkungan, penyuara kondisi bumi yang telah rusak, tokoh garda depan kampanye melawan pemanasan bumi,dan seterusnya. Film yang diangkat dari buku berjudul An Inconvinient Truth seolah menjadi tontonan wajib bagi mereka yang mengaku peduli terhadap kondisi lingkungan.
Penghargaan demi penghargaan nan prestisius,dari Piala Oscar hingga Nobel Perdamaian diperoleh atasbaktinya initerhadapbumi.Hingga akhirnya, Al-Gore dan kelompoknya kian terobjektivikasi sebagai sosok manusia- manusia pemberita kebenaran. Inilah hal yang saya khawatirkan.Â
Saya khawatir kita kehilangan kecermatan untuk membedakan posisi di mana mantan Presiden AS itu berdiri dengan posisi diri kita dalam apitan wacana ini. Baiklah, Gore berbicara tentang bumi, tentang sesuatu di mana kita semua,manusia, berdiri di atasnya.Namun saat Gore menyatakan bahwa kita semua harus berupaya sebisanya untuk mencegah pemanasan global, saya percaya teks ini harus dibaca secara kritis.Â
Pertama-tama, kita harus sadar bahwa Indonesia merupakan negara berpenduduk besar dengan daya beli masyarakat yang masih cenderung rendah.Saat seorang pejabat negeri ini berbicaramengenai pemanasan global, dia semestinya menyadari bahwa wacana ini tidak dapat,bahkan berbahaya bila diadopsi mentah-mentah.Apa yang diupayakan oleh negara-negara ekonomi maju untuk mencegah pemanasan global bukan berarti harus turut dilakukan Indonesia.Â
Kenyataannya? Kita mendapati pemimpin kita mengambinghitamkan pemanasan global sebagai penyebab banjir di kota-kota besar, ketimbang membenahi tata kota yang kian kacau karena digiring oleh pembangunan tanpa visi. Rupanya wacana pemanasan global memberikan bahasa baru untuk menerjemahkan kambing hitam dalam dunia politik Indonesia.Â
Bila pun benar pemanasan global adalah nyata, bagaimana kenyataan ini berkembang dalam satu masyarakat tetaplah merupakan hasil konstruksi manusia. Taruhlah Amerika Serikat. Tampak sejak pertengahan dasawarsa ini, negeri Paman Sam telah memantapkan posisinya untuk memberdayakan penggunaan biofuel. Saya percaya, keputusan ini tak pernah sepenuhnya didasarkan pada tujuan mulia menjaga bumi.
Keputusan ini pastinya lebih berpijak pada kebutuhan pragmatis yang mendapat momentum dari wacana pemanasan global, antara lain, kebutuhan untuk lepas dari ketergantungan terhadap minyak bumi, kesiapan mengembangkan industri biofuel, dan kesiapan industri pangan untuk mengekspansi usahanya sebagai penyuplai bahan baku biofuel.Â
Kultur, Bukan KultusÂ
Pemimpin kita tak bisa sekadar menggaungkan Al-Gore bahwa pemanasan global adalah nyata. Bila demikian, ia seperti tercerabut dari konteks yang mengelilinginya dan hanya menjadi agen yang ikut mengekalkan realitas yang dibangun oleh orangorang yang berkutat dalam laboratorium yang terpaut jauh, secara lokasi maupun sosial,dari Indonesia.Â
Sementara itu, Indonesia justru lebih banyak mendapatkan mudarat dari menggelembungnya wacana energi alternatif.Benar, Indonesia merupakan produsen CPO (minyak sawit) terbesar, dan sejak tren biofuel ditiupkan, produk-produk pertanian seperti ini melonjak harganya.
Logikanya, Indonesia akan mendapat keuntungan besar dari tren ini.Namun hipotesa ini runtuh saat kita melihat kenyataan miris bahwa masyarakat kita sendiri tak mampu mengikuti tren harga dunia. Pun, penggunaan komoditas pangan untuk menyuplai biofuel menyumbang terhadap menyeruaknya harga pangan di tingkat global. Perlu disinggung bahwa Al-Gore menginvestasikan pula asetnya dalam firma yang bergerak di bidang kelestarian lingkungan bernama Generation Investment Management (GIM).Â
Saya tak hendak memvonis Gore pragmatis. Namun dalam hal ini Gore harus dilihat sebagai seseorang yang berupaya menyelaraskan antara basis ekonominya dengan idealismenya.Dalam hal ini,Gore dapat dikatakan hebat karena dia sadar akan kondisi sekelilingnya dan berusaha menyiasatinya.Â
Maka, pertama, apabila para pemimpin politik sadar bahwa relasi hubungan di antara petani–yang merupakan sebagian besar dari masyarakat kita–dengan pengusaha cenderung timpang, maka jangan dulu mendesak wacana pemanasan global ke arah pemanfaatan energi alternatif (biofuel).
Pasalnya,buahnya hanya akan dinikmati segelintir orang. Bila pun hendak mendesak untuk mendapatkan maslahat dari pemanasan global, tidak bisa tidak, pemerintah harus berkomitmen dan mulai melindungi petani dari saat ini dan menegakkan kedaulatan pangan.Â
Saya percaya bahwa Gore pun tidak setuju apabila pendapatnya diambil secara mentah-mentah.Sebab, kultur adalah suatu kesadaran yang seyogianya memberikan timbal balik bagi masyarakatnya sendiri.Tidak demikian dengan kultus,sebuah keyakinan yang kering, sekadar ikut-ikutan, atau sebuah kesadaran yang gagap.(*)
 Geger Riyanto- ~Indonesia Ranking 10 Penyumbang Pemanasan Global
- ~Pemanasan Global Memicu Tingkat Kematian
- ~ Pemanasan Global Akibat Kerusakan Ekosistem
- ~ Pemanasan Global Dperkirakan Akan Lebih Parah
- Media Dorong Publik Kenal Pemanasan Global
- ~Pemanasan Global Bisa Menyebabkan Kematian
- ~Pemanasan Global Terbantu Oleh Daur Ulang
- Cegah Perubahan Iklim
- Dampak pemanasan global
- ~ Pembangkit Listrik Berbahan Bakar Gas