"Pantang menggunakan barang mewah, kompor gas, listrik, karena dianggap menyalahi aturan adat," kata pengurus Kampung adat Dukuh, Saefudin disela-sela kunjungan Wakil Bupati Garut, Diky Chandra, di kampung itu, Sabtu.
Perapian memasak bagi Kampung Dukuh dijelaskan Saefudin hanya menggunakan tungku bahan bakar dari kayu yang sudah dilakukan sehari-sehari seperti yang digunakan para leluhur sebelumnya.
Menurut dia menggunakan tungku lebih aman dan mudah dalam melakukan aktifitas memasak dibandingkan memakai kompor gas.
"Karena di sini tidak boleh ada kompor gas, terhalang oleh adat, yang berlaku disini itu kayu bakar," katanya.
Meskipun pemerintah memberikan kompensasi kompor gas, kata Saefudin, masyarakat Kampung Dukuh tetap menerima pemberian dari luar tersebut.
Namun, kompor gas pemberian pemerintah itu, kata Saefudin seluruh masyarakat Kampung Dukuh menyerahkan kembali kepada pihak desa, bahkan ada yang menjualnya ke masyarakat luar kampung.
"Dikasih kompor gas oleh kami juga diterima tapi dijual lagi," kata Saefudin.
Jumlah penduduk kampung adat Dukuh sekitar 500 orang dari 102 rumah dan masjid terbagi dua Kampung Dukuh dalam dan luar, di Kampung Dukuh dalam tedapat 38 rumah dengan tampilan rumah panggung bahan dari kayu dan bambu beratap daun.
Baca Juga:
- ~ Waspada, Batubara Penghasil CO2 Terbanyak
- ~ Limbah Bir Bisa Jadi Sumber Energi
- ~ Energi Listrik Tenaga Gelombang Dapat Hak Paten
- ~ Kiat Menghemat Energi Listrik di Rumah Tangga
- ~ Solusi Menguntungkan dari Limbah Pembakaran Gas Alam
Artikel sebelumnya:
- ~ Inikah Bahan Bakar Biologis Pengganti Bensin?
- ~ Fakta-Fakta Seputar Tsunami (part #1)
- ~ Ozon di Kutub Utara Terus Menipis
- ~ Setiap Hari, 136 Anak Meninggal Karena Tak Dapat Air Bersih
- ~ 10 Tren Kehidupan Kota yang Ramah Lingkungan (Part #2)