Pemborosan Energi Terjadi di Semua Sektor
Yogyakarta – Energi digunakan secara tidak efsien di semua sektor. Suasana itu ditunjukkan dengan elastisitas energi sebesar 2,02 dan intensitas energi 382 TOE untuk menghasilkan 1 juta USD, pendapatan domestik bruto ternyata masih tinggi apabila dibandingkan dengan beberapa negara, seperti Jepang. Dari hasil studi potensi penghematan energi yang pernah dilakukan, potensi penghematan energi di seluruh sektor relatif cukup besar dan bervariasi antara 15-30%.
Di sisi lain, akses masyarakat Indonesia terhadap energi komersial masih terbatas. Hal ini disebabkan keterbatasan infrastruktur energi yang ada. Indiaksinya, rasio elektrifikasi dan konsumsi energi per kapita yang rendah.
“Akibatnya, dari 55.400 ribu kepala keluarga yang tersebar di seluruh Indonesia, baru sebesar 36.078 ribu kepala keluarga (61,5%) yang mendapatakan akses tenaga listrik. Ini berarti masih terdapat sekitar 19 ribu kepala keluarga (34,9%) yang belum mendapatkan akses tenaga listrik, “ anggota Dewan Energi Nasional, Prof. Rinaldi Dalimi dalam orasi ilmiah di Fakultas Teknik UGM.
Menurut Rinaldi, bangsa Indonesia memang, sedang dihadapkan pada persoalan energi yang serius. Selain ketergantungan terhadap minyak masih tinggi, jika dibiarkan justru akan melemahkan ketahanan energi bangsa.
”Apalagi, penggunaan energi altenatif masih menjadi persoalan tersendiri, khususnya terhadap perkembangan energi terbarukan. Seperti pemanfaatan panas bumi, bahan bakar nabati, energi surya, tenaga angin, mikro hidro, uranium dan thorium, yang belum banyak disentuh,” kata Rinaldi.
Potensi tenaga air adalah sebesar 75.670 MWe, yang dimanfaatkan baru 4.200 mega watt. Sementara panas bumi sebesar 28.170 Mwe, baru dimanfaatkan sebanyak 1.189 mega watt. Mikro hidro sebesar 500 MWe hanya dimanfaatkan sebanyak 86,1 mega watt, sedangkan tenaga surya yang mempunyai potensi sebesar 4,8 KWh/m2/hari baru dimanfaatkan 12,1 mega watt. Untuk tenaga angin, dari jumlah 9.290 MWe, yang digunakan baru sebesar 1,1 mega watt. Uranium yang memiliki potensi energi sebesar 341.120 ton dan thorium 1.500 ton justru belum dimanfaatkan sama sekali.
Pemanfaatan energi baru terbarukan belum digunakan dengan optimal ini lebih disebabkan karena harga energi baru tersebut relatif lebih mahal. Sehingga tidak mampu bersaing dengan harga konvensional yang masih disubsidi pemerintah, kata dia.
Dan, subsidi pemerintah terhadap sebagian harga BBM dan listrik juga menimbulkan permasalahan yang dilematis. Di satu sisi, pemberian subsidi meringankan beban masyarakat kecil. Namun, di sisi lain pemberian subsidi yang cenderung meningkat akan semakin membebani APBN.
Hal ini disebabkan Indonesia sudah menjadi negara pengimpor minyak. Sebagai gambaran, Rinaldi menyebutkan bahwa subsidi energi listrik dan BBM pada tahun 2005 sekitar Rp 104 triliun meningkat menjadi Rp 221 triliun pada 2008.(wok)
- ~ Krisis Listrik Telah Menghantui Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Utara
- ~ PT. PLN Akan Bangun PLTU Di Jawa Dan Bali
- ~ Minyak Kelapa Menjadi Minyak Solar
- ~ Potensi Panas Bumi Tersebar Di 265 Lapangan Di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, NTT, Maluku, Dan Sebagian Kalimantan
- ~ Masyarakat Sumatera Selatan Eksploitasi Sumur Tua
- ~ DPD Asal Maluku, Meki Mengeluhkan Krisis Listrik Di Maluku
- ~ DPD Asal Maluku, Meki Mengeluhkan Krisis Listrik Di Maluku
- ~ Masih Minim Pemanfaatan Energi Panas Bumi (Geotermal)
- ~ Krisis Listrik Di Dua Ibu Kota Provinsi Palu dan Mataram
- ~ Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) Menyaksikan Mobil Hemat Energi