Para investor gasohol atau alkohol yang dicampur dengan bahan bakar minyak sebaiknya tidak hanya bertumpu pada tetes dan ubi kayu saja karena akan terjadi saling rebut. Kalangan investor bisa menggunakan sumber karbohidrat lainnya yang masih melimpah sebagai alternatif bahan baku . Ketua Jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Universitas Gadjah Mada Prof Sri Raharjo dan Guru Besar Manajemen Teknologi dan Inovasi Fakultas Teknologi Pertanian IPB E Gumbira Sa'id yang dihubungi di Yogyakarta dan Bogor, mengatakan, sumber karÂbohidrat selain tetes dan ubi kayu masih sangat melimpah dan berpotensi untuk sumber alkohol. Seperti diberitakan pekan lalu, sejumlah investor mulai melirik penanaman modal produksi gaÂsohol.
Untuk memproduksi gaÂsohol harus didapat sejumlah baÂhan baku sumber karbohidrat. Apabila 10 persen dari kebutuhan BBM diganti dengan alkohol maka paling tidak harus diproduksi 1,8 miliar liter alkohol dalam setahun. Sri Raharjo menyebutkan, limbah perkebunan seperti tandan kosong sawit mempunyai komponen selulosa dan lignoselulosa. Apabila kedua bahan itu diurai, menghasilkan glukosa yang merupakan bahan baku alkohol. Faktor kunci proses itu adalah penemuan mikroba yang bisa menghidrolisa selulosa dan ligÂnoselulosa lebih cepat dan memÂpunyai kemampuan konversi tinggi. "Riset-riset kami mulai menyentuh bio-etanol dengan bahan baku bukan dari tetes dan ubi kayu. Kami membentuk jaringan melalui staf kami dengan partner di Swedia untuk meneliti bahan baku bio-etanol hingga peran-cangan industrinya.
Swedia merupakan salah satu negara yang telah mengomersialkan gasohol," kata Sri Raharjo. Sumber karbohidrat Sementara itu, E Gumbira Sa'id mengatakan, sumber karÂbohidrat yang bisa digunakan unÂtuk produksi alkohol adalah ubi jalar. Kompetisi penggunaan komoditas ini beluni tinggi. Untuk itu budi daya ubi jalar dalam skala yang luas diperlukan. "Alasan saya menyebutkan ubi jalar karena kita memiliki sumber genetik yang melimpah dan budi daya komoditas itu relatif tidak sulit. Kita baru memproduksi dua juta ton dalam setahun, sedangkan China telah mencapai 127 juta ton," katanya. E Gumbira Sa'id kurang sepakat kalau pengembangan bioetanol menggunakan ubi kayu karena produksi komoditas ini sangat rendah, bahkan impor koÂmoditas dalam bentuk tapioka itu masih tinggi. la menyebutkan sagu juga sebagai sumber karboÂhidrat, namun eksploitasinya saÂngat mahal. Dalam Food and Agricultural Policy Research 2006 yang dikeluarkan Universitas Misouri AS, pekan lalu, dinyatakan, per-kembangan ekspor jagung AS reÂlatif akan mendatar hingga tahun 2010.
AS mempercepat pengemÂbangan gasohol dengan bahan baÂku jagung hingga tahun depan diharapkan mengekspor alkohol. Perebutan komoditas Sri Raharjo dan E Gumbira Sa'id senada mengatakan, bila tiÂdak ada sumber karbohidrat alÂternatif, komoditas tetes dan ubi kayu akan menjadi rebutan oleh berbagai industri yang terkait deÂngan kedua komoditas tersebut. Tanda-tanda perebutan komoÂditas itu muncul, terutama tetes yang merupakan produk samping pengolahan tebu. Ketua Badan Koordinasi Asosiasi Tebu Rakyat Indonesia (BKAPTRI) Abdul Wachid menyebutkan, sejumlah pihak mulai tertarik dengan tetes. Beberapa pihak juga berminat dalam dana talangan tetes. "Permintaan tetes sangat bagus dan sekarang banyak yang berminat. Beberapa pihak berÂminat dengan program dana taÂlangan tetes. Selania ini tetes di-jual dengan harga flat. Nantinya kami akan menjual dengan tenÂder," kata Wachid. Selama ini petani mendapat bagian tetes dari tebu yang diolah di pabrik gula dengan perban-dingan untuk satu kuintal tebu yang masuk ke pabrik gula petani mendapat 2,5 kg tetes. Petani berharap pembagian tetes menjadi tiga kg tetes.
Jakarta, Kompas (MAR
- ~ Mengolah Kotoran Ternak Menjadi Energi Ramah Lingkungan
- ~ Dana Olah Sampah hanya Rp7.000 per Ton
- ~ Tingkatkan Pengelolaan Sampah Mandiri
- ~ Jamur Degan Media Tanam Dari Kardus
- ~ Sampah dan Energi Alternatif
- ~ Jagung Berpotensi Jadi Energi Alternatif
- ~ Bioetanol, Penganti BBM Yang Kompetitif
- ~ Pedagang Asing Memburu Molase
- ~ Produksi dan Penggunaan Gasohol E10 Diizinkan
- ~ Emisi Karbon Gasohol Lebih Rendah Dibanding Pertamax