
Â
Panel surya diusulkan agar dilengkapi dengan suatu teknologi yang memungkinkan panel surya tersebut membersihkan dirinya sendiri dari debu. Para ilmuwan mengusulkan teknologi pembersih debu yang digunakan oleh peralatan yang dikirim ke Mars. Panel surya yang bebas debu akan menyerap listrik lebih efektif sekaligus efisien, serta mengurangi biaya perawatan. Demikian menurut sebuah hasil studi yang dilaporkan pada pertemuan yang diadakan American Chemical Society, 22 Agustus.
Sistem pembersih debu itu memiliki kaca atau plastik transparan yang berisi bahan yang sensitif terhadap listrik. Sebuah sensor memonitor kondisi debu. Apabila debu sudah mencapai ketebalan tertentu, sensor akan menghidupkan listrik pada pembersih debu. Gelombang listrik lalu menggeser debu ke tepian, membuat permukaan penerima cahaya kembali bersih.
"Kami berpendapat sistem kami ini sangat menguntungkan ketika dipakai di daerah yang sangat berdebu dan berpolusi," kata Malay K. Mazumder, Ph.D, pemimpin studi, kepada ScienceDaily. Ia juga mengatakan kalau teknologi pembersih ini ini merupakan satu-satunya teknologi pembersih otomatis yang tidak menggunakan air atau alat mekanik. Artinya, panel surya di daerah gurun harus dilengkapi dengan teknologi ini mengingat harga air bersih yang sangat tinggi di daerah tersebut.
Mazumder menjelaskan, debu 1/7 ons dalam tiap 0,8 meter persegi mengurangi konversi tenaga surya sebanyak 40 persen. "Di Arizona, dalam sebulan jumlah debu bisa mencapat 4 kali lipat dari itu. Jumlah debu lebih banyak lagi di Timur Tengah, India, dan Australia," katanya.
Panel surya, menurut Mazumder, semakin banyak digunakan. Sejak 2003 sampai 2008, jumlah penggunaan tenaga surya meningkat 50 persen dan diprediksikan akan bertambah 25 persen setiap tahun.
Sumber: ScienceDaily
Sistem pembersih debu itu memiliki kaca atau plastik transparan yang berisi bahan yang sensitif terhadap listrik. Sebuah sensor memonitor kondisi debu. Apabila debu sudah mencapai ketebalan tertentu, sensor akan menghidupkan listrik pada pembersih debu. Gelombang listrik lalu menggeser debu ke tepian, membuat permukaan penerima cahaya kembali bersih.
"Kami berpendapat sistem kami ini sangat menguntungkan ketika dipakai di daerah yang sangat berdebu dan berpolusi," kata Malay K. Mazumder, Ph.D, pemimpin studi, kepada ScienceDaily. Ia juga mengatakan kalau teknologi pembersih ini ini merupakan satu-satunya teknologi pembersih otomatis yang tidak menggunakan air atau alat mekanik. Artinya, panel surya di daerah gurun harus dilengkapi dengan teknologi ini mengingat harga air bersih yang sangat tinggi di daerah tersebut.
Mazumder menjelaskan, debu 1/7 ons dalam tiap 0,8 meter persegi mengurangi konversi tenaga surya sebanyak 40 persen. "Di Arizona, dalam sebulan jumlah debu bisa mencapat 4 kali lipat dari itu. Jumlah debu lebih banyak lagi di Timur Tengah, India, dan Australia," katanya.
Panel surya, menurut Mazumder, semakin banyak digunakan. Sejak 2003 sampai 2008, jumlah penggunaan tenaga surya meningkat 50 persen dan diprediksikan akan bertambah 25 persen setiap tahun.
Sumber: ScienceDaily
Baca Juga:
- ~ Tinta Semikonduktor untuk Panel Surya
- ~ Pemeliharaan PJU Terkendala Mobil Tangga
- ~ Satu dari 10 Orang RI Tak Mengerti Energi Terbarukan
- ~ Apa itu Lisensi OEM, OLP dan FPP?
- ~ Sistem Hibrida pada BTS Hemat Listrik 80 Persen
Artikel sebelumnya:
- ~ Indosat Coba BTS Bertenaga Matahari
- ~ Aktivitas Anak Krakatau Tak Terpantau
- ~ UGM Kenalkan "Waterplant Community"
- ~ Manfaatkan Energi Solar di Lapangan Terbang
- ~ BTS Tenaga Surya Terbukti Menjanjikan