Pengembangan PLTS Terkendala Peraturan
Indonesia dalam waktu 18 tahun lagi akan kehabisan sumber bahan
bakar fosil. Sumber alternatif yang potensial dikembangkan saat ini
untuk mengantisipasi kelangkaan energi di antaranya adalah batu
bara dan energi surya. Dalam hal ini, pembangkit listrik tenaga surya
(PLTS) lebih baik dikembangkan karena termasuk energi yang bersih
lingkungan.
Bagi Indonesia yang berada di wilayah tropis dan mendapat paparan
sinar matahari sepanjang tahun, serta wilayahnya yang terdiri dari
pulau-pulau sehingga sulit dijangkau oleh jaringan listrik, Perusahaan
Listrik Ne-gara (PLN) dan Perusahaan Listrik Tenaga Surya
seharusnya dikembangkan lebih lanjut. Namun, disayangkan
pengembangan tenaga surya di Indonesia sebagai pembangkit listrik
di perumahan terbentur banyak ken-dala, antara lain soal permodalan
dan peraturan.
Demikian dilontarkan Adjat Sudradjat MSc, Direktur Teknologi
Konversi dan Konservasi Energi Badan Pengkajian dan Penerapan
Teknologi (BPPT) dalam suatu jumpa pers di Jakarta, Selasa (5/12).
Itu berkaitan dengan pemasyarakatan hasil teknologi terapan yang
dikembangkan BPPT.
Dimulai tahun 1990
Menurut Adjat, penerapan teknologi sel surya sebenarnya telah
dimulai sejak tahun 1990 dengan menggelar proyek pembangkit
listrik tenaga surya fotovoltaik 1 juta rumah dengan kapasitas total 50
megawatt (MW). Diharapkan, hal itu bisa menjangkau 10 persen
penduduk di Indonesia dari sekitar 60 juta orang yang belum
mendapat fasilitas listrik.
Namun, lanjutnya, saat ini baru sekitar 50.000 rumah di pedesaan
dan daerah terpencil yang terjangkau. Masalah yang timbul,
ungkapnya, antara lain macetnya segi pendanaan-dengan sistem
bergulir-karena kasus korupsi di koperasi unit desa (KUD).
Rencana penerapan jaringan PLTS untuk rumah-rumah di perkotaan
juga pernah disusun. Dengan memasang PLTS di rumah-rumah
diharapkan kelebihan daya listrik dapat disalurkan ke PLN. Namun,
rencana uji coba di Bumi Serpong Damai, Tangerang, tidak
terealisasi karena tidak adanya pemodal.
Selain itu, dijaringan PLN sendiri juga masih ada kendala teknis,
yang memungkinkan pasokan listrik dari PLTS. Faktor lainnya
adalah soal tidak adanya dukungan peraturan tentang jual-beli listrik
tersebut.
Meskipun begitu, demikian Adjat, dari segi teknologi, penerapan
jaringan PLTS itu dapat diuji coba, dengan mencontoh
pengembangan di Jerman. Dilihat dari penguasaan teknologinya
sendiri, sebenarnya tenaga ahli dari Indonesia juga sudah lumayan,
bahkan sudah mampu menyusun standar produksi untuk komponen
unit sel surya.
Pembuatan sel surya fotovoltaik sudah dapat dilakukan oleh tenaga
ahli dan teknisi Indonesia. Masalahnya, untuk itu diperlukan investasi
besar yang mencapai 6 juta dollar AS, untuk menghasilkan
kapasitas daya 2,4 MW per tahun.
Sumber BPPT.
(yun)
- ~ Tenaga Surya, Sebagai Energi Alternatif
- ~ Solar Cell Pemacu Kemajuan
- ~ Tenaga Surya Ramah Lingkungan Di Kaltim
- ~ Program Pengadaan Listrik Mandiri Rakyat
- ~ Kompor Tenaga Surya Buatan Minto Banyak yang minatti
- ~ Pemerintah Akan Bangun 15.000 PLTS
- ~ Bidang Penelitian Sel Surya Yang Luas
- Mitsubishi Bantu Brunei Dirikan Pembangkit Listrik Tenag Surya
- Listrik Tenaga Surya Terangi Pulau Sakuala Pangkep
- FAQ Sel Surya