Energi Matahari Ternyata Tingkatkan Pemanasan Global
Kapanlagi.com - Pemanfaatan energi matahari di satu sisi dianggap ramah lingkungan karena mengurangi polusi karbon namun di sisi lain meningkatkan pemanasan global dalam pengadaan panel suryanya.
"Pengadaan panel surya ukuran 1x1,5 m2 dengan kapasitas 1 kW per hari membutuhkan 40 kg batubara untuk proses pembuatannya," kata anggota baru Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) bidang Ilmu Rekayasa Prof Dr Satryo Soemantri Brodjonegoro di Jakarta, Selasa.
Padahal 40 kg batubara mampu langsung menghasilkan energi sebesar 130 kWh, ujarnya pada Pidato Inaugurasinya di depan para ilmuwan AIPI.
Proses pembuatan panel, ujarnya, juga dimulai dari penambangan batuan silika kemudian diproses menjadi berturut-turut, silika metalik, triklorosilan, polikristalin silikon, sel surya (solar cell) dan kemudian panel.
"Salah satu bahan kimia yang berbahaya adalah klorin yang digunakan pada setiap urutan proses pembuatan panel tersebut," katanya.
Sedangkan untuk pemurnian silika diperlukan proses pemanasan yang lama pada suhu tinggi, ujar mantan Dirjen Pendidikan Tinggi itu.
Dengan demikian, pencemaran yang terjadi saat pembuatan panel adalah selain karena pembakaran batubara yang menimbulkan emisi GHG (greenhouse gases), juga polusi kimia, dan limbah silika yang tak bisa didaur ulang, katanya.
Pada 2008 China membakar 30 juta ton batubara untuk memproduksi. Panel yang dibutuhkan AS dan Uni Eropa.
"Artinya telah terjadi pemanasan global oleh China dalam rangka pengurangan emisi GHG oleh AS dan Uni Eropa," katanya sambil menambahkan bahwa bahan silika hingga saat ini masih yang terbaik untuk pembuatan sel surya.
Cita-cita upaya pemanfaatan tenaga surya saat ini, ujarnya, juga sudah sampai penempatan sel surya di ruang angkasa dengan orbit tinggi sehingga terkena sinar matahari terus-menerus.
Tenaga surya yang dihasilkan lalu dikonversi menjadi listrik dan kemudian dipancarkan sebagai gelombang mikro ke stasiun bumi, ujarnya.
"Satu satelit diperkirakan mampu menyediakan 10 gW listrik di bumi secara terus-menerus," katanya sambil menambahkan bahwa teknologi tersebut sudah dikuasai seperti halnya pembuatan stasiun ruang angkasa. (ant/roc)
Sumber : Kapanlagi.com
- ~ Lempengan Tipis Modul Surya
- ~ Sel Surya Bahan Baku Titanium Dioksida (TiO2)
- ~ 120.000 Triliun Watt Energi Tubruk Bumi
- ~ Ilmuan Korea Selatan Ciptakan Sel Listrik Plastik
- ~ Pembangkit Listrik Tenaga Surya Terbesar Di Dunia
- ~ Optimalkan Pembangkit Listrik Tenaga Listrik (PLTS) Gedung-Gedung Tinggi Di Jakarta
- ~ 15 Miliar Untuk Pengadaan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Di Kalimantan Timur
- ~ Warga Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan (Sumsel) Terpaksa Gunakan Listrik Tenaga Surya (PLTS)
- ~ 22% atau 15 Ribu dari 66 Ribu Desa Di Indonesia Belum Dapat Listrik
- ~ Bangun PLTS Di Kupang Atasi Krisis Listrik Di Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur