| |
 | |
Demikian dikatakan Deputi Menko Perekonomian Bidang Bidang Pertanian dan Kelautan Bayu Krisnamurthi seusai rapat koordinasi pangan di Kantor Menteri Keuangan di Jakarta, Selasa (21/4). "Tadi juga dibahas mengenai BBN, kita ingin, dalam waktu dekat diamanatkan untuk kebijakan menyeluruh, subsidi distribusi, masalah pencampuran (mandatory), eksor dan lain-lain. Kita diberi waktu singkat untuk menyiapkan (subsidi BBN)," katanya. Menurut Bayu, pihaknya akan membuat subsidi BBN menjadi bagian dari subsidi energi yang jumlahnya hampir mencapai Rp100 triliun. Penerapannya pun diharapkan bisa dilakukan pada APBN-P 2009. Untuk mandatory BBN secara keseluruhan, ujar Bayu, perhitungan awal untuk kebutuhan anggarannya sekitar Rp350 miliar-Rp400 miliar. "Sebenarnya perhitungan awalnya, masih sedikit, Rp350 miliar-Rp400 miliar subsidinya. Itu hanya untuk mandatorynya saja ini harus dilihat, BBN ini bukan hanya CPO, tapi BBN secara menyeluruh," katanya. Ia mengatakan untuk mandatory BBN sudah tidak ada masalah, tinggal masalah subsidi dan harga. Seperti tertuang dalam Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) No 32/2008 tentang Mandatory BBN. Pemerintah mewajibkan industri menggunakan 2,5% biodiesel dari total konsumsi solarnya. Sektor transportasi tergantung jenis BBN yang dipakai. Besarannya, 1% biodiesel bagi yang memakai solar, dan 3% bioethanol bagi yang memakai premium. Untuk pembangkit listrik diwajibkan menggunakan 0,1% biodiesel. Persentase mandatory BBN akan terus ditingkatkan hingga tahun 2020. Saat itu, semua sektor diwajibkan sudah menggunakan BBN hingga 20%. Berlakunya Permen ini tentu akan membuat pebisnis BBN makin bersemangat. Pasalnya, Permen itu bakal mendorong pasar BBN di dalam negeri menjadi lebih besar. Pertamina bakal menaikkan kandungan bioetanol dan biodiesel di premium dan solar. Saat ini, Pertamina mencampur bioetanol dengan premium sebanyak 3%, sedangkan biodiesel ke solar 1%. Selain berencana memasukkan subsidi BBN ke APBN-P 2009. Pemerintah juga membahas bahwa produksi CPO dalam negeri pada 10 tahun dari sekarang, harus mencapai dua kali lipat. Produksi CPO dalam negeri saat ini, kata dia, mencapai 19-20 juta ton per tahun. "Itu harus dimulai dari sekarang karena pasti nanti ada masalah, bukan hanya di eksor, tapi juga di industri hilir, di infrastruktur. Produksi kita sekarang 19-20 juta ton," tambahnya. (Tup/OL-03) Sumber : MEDIA INDONESIA |
- ~ Energi Alternatif, Seperti Sel Matahari, Tenaga Angin, Dan Mikrohidro
- ~ Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Menggelar Pameran Dan Lomba Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi Iptek)
- ~ Ogan Komering Ulu (OKU) Terima Hibah Mesin Biodiesel
- ~ Pulau Sikuai Yang Terletak Di Kecamatan Bungus Teluk Kabung, Kota Padang, Sumatera Barat Masih Kendala Listrik
- ~ Tahun Ini Pemerintah Alokasikan Rp.561 Miliar Untuk Anggaran Energi Terbarukan
- ~ Pembukaan Pameran Teknologi Alternatif Di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur
- ~ Pasok Energi Surya Melalui Program CSR
- ~ Energi Alternatif Tenaga Angin Dan Surya Cocok Di Kembangkan Di Kota Pangkalpinang
- ~ Teknologi Alternatif Ramah Lingkungan Di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur
- ~ Pembangunan Turbin Uap Generator Pulau Batam